Doni Marpaung

Psychology.

Doni Marpaung

Photography.

Doni Marpaung

Tips and Trick.

Doni Marpaung

Did You Know?.

Doni Marpaung

They Need Your Help.

www.doni-marpaung.blogspot.com

www.doni-marpaung.blogspot.com

Sabtu, 01 Oktober 2016

12 Peralatan Tambahan Untuk Merekam Video Dengan DSLR Secara Profesional



Salah satu keunggulan kamera DSLR atau Mirrorless yang dipakai merekam video adalah kualitas video yang tinggi.

Kejernihan gambar serta reproduksi warna yang terlihat nyata bisa didapatkan setiap orang yang mencoba merekam video dengan DSLR.

Jika kamu salah satu yang tertarik untuk membuat video (dokumentasi, film pendek, ataupun presentasi) menggunakan kamera DSLR, berikut ini adalah beberapa peralatan yang patut kamu tambahkan dalam project list.

Dengan tambahan beberapa peralatan ini, bisa dijamin kualitas video (dan audio) DSLR kamu pasti akan meningkat drastis dan kamu pun akan terlihat lebih profesional.


1. Steady Cam/Shoulder Rig

Kamu yang pernah merekam video dengan DSLR ataupun jenis kamera lainnya, hanya menggunakan tangan tanpa alat bantu, tentu mengerti bagaimana susahnya menjaga kamera tidak bergoyang.

Itu hal yang wajar.

Kecuali tangan kamu sudah kehilangan sensitivitas sarafnya, mungkin baru tidak akan bergetar.

Oh ya, kamu bisa meminimalisir getarannya juga dengan berlatih tiap hari menjaga agar tidak terlalu bergetar.

Meski begitu, agar mempermudah serta memaksimalkan hasil video agar tidak bergoyang, kamu membutuhkan alat yang disebut steadycam atau shoulder rig.



Fungsi utama alat ini tentu supaya hasil video yang direkam tidak bergoyang dan tetap stabil meski pengguna bergerak kesana kemari saat mengganti sudut pandang perekaman.

Cara kerjanya sangat sederhana, beban kamera disalurkan ke pundak perekam sehingga getaran yang ada bisa diminimalisir. Pada beberapa shoulder rig pro juga dilengkapi dengan tambahan alat seperti untuk lampu dan mic.

Untuk yang kelas profesional, shoulder rig ini memang cukup terasa harganya. Saat ini di pasaran bisa dijumpai di kisaran 2 jutaan untuk shoulder rig.

Namun jika kamu seorang kreatif, kamu bisa mencoba membuatnya sendiri dari bahan-bahan yang murah meriah.


2. Follow Focus

Salah satu kelemahan rekaman video dengan DSLR adalah sistem fokus yang masih belum memadai.

Pada kebanyakan DSLR, saat merekam video maka kamera akan masuk ke mode Live View dan menggunakan sistem deteksi kontras yang memang lambat dalam menentukan fokus.

Selain itu lensa juga akan `hunting atau bergerak maju mundur mencari fokus (pada beberapa jenis lensa, bagian depan lensa akan tampak bergerak).



Beberapa produsen kamera sudah berusaha untuk mengatasi masalah ini, contohnya pabrikan kamera Canon yang memproduksi kamera dengan sensor dual pixel serta lensa Stepper Motor, yang diklaim jauh lebih cepat mencari fokus saat rekam video tanpa hunting terlebih dahulu.

Selain itu mirrorless seperti Sony A6000 atau A7s juga memiliki kemampuan autofokus yang sangat cepat saat live view.

Bagaimana jika kamu hanya menggunakan kamera entry level serta tak memiliki fitur-fitur seperti di atas?

Solusinya tentu hanya menggunakan manual fokus.

Nah untuk mempermudah kita dalam mengatur manual fokus, hadirlah alat yang namanya follow focus ini.

Ketimbang memutar ring fokus di lensa, kita tinggal memutar roda pada follow focus.

Sayangnya juga harganya masih terbilang mahal, dan kadang harus terintegrasi dengan rig tertentu.

Saya pribadi lebih menyukai metode putar ring fokus tanpa mengeluarkan biaya, meski kadang agak merepotkan juga hehe.


3. Slider

Saat merekam video atau sebuah film sederhana, terkadang fungsi slider itu terasa lebih penting ketimbang tripod.

Mengapa begitu?

Tentu karena dengan slider kita bisa mendapatkan efek cinematic yang tak bisa didapat dengan tripod.



Efek cinematic ini akan membuat hasil video kamu jadi lebih ciamik serta tampak profesional.

Bagi yang belum tahu, slider ini semacam rel lengkap dengan quick release plate tempat kita menempatkan kamera, sehingga saat merekam kamera bisa digerakkan maju mundur ataupun ke kiri dan ke kanan.


4. Tripod

Meski dibilang sebelumnya bahwa slider kadang terasa lebih penting dari tripod, namun tetap saja kita membutuhkan alat ini.

Dengan menggunakan tripod kita bisa mendapatkan hasil gambar yang stabil, tidak bergoyang selain itu penggunaanya pun sangat mudah.



Tripod juga merupakan hal wajib bagi kameramen jika ingin membuat efek-efek khusus dalam video seperti efek aktor menghilang, dimana prinsipnya adalah menggunakan dua frame yang direkam dari posisi dan angle yang sama.

Berbeda dengan fotografi yang lebih cocok menggunakan tripod dengan ball head, tripod untuk merekam video lebih baik menggunakan yang versi pant tilt head (yang punya pegangan tangan).

Jenis tripod ini paling tepat untuk video karena kamera jadi mudah diarahkan saat merekam video.


5. Matte Box

Bahkan untuk seri kamera video pro pun, matte box ini tetap jadi alat wajib digunakan.

Fungsinya mirip dengan lensa hood dimana menjaga agar tidak ada cahaya yang tak diinginkan masuk ke lensa.



Selain mencegah flare, pada beberapa jenis matte box juga terintegrasi dengan filter holder.


6. Filter ND

Filter ND ini fungsinya tetap sama baik untuk fotografi maupun merekam video.

Mengapa kita membutuhkan filter ND saat merekam?

Hal ini ada kaitannya dengan pengaturan shutter speed saat merekam video.

Jika dalam fotografi untuk menjaga agar foto tidak over exposure maka kita menaikkan shutter speed jadi lebih cepat, tidak demikian saat kita merekam video.

Saat merekam video dengan DSLR, aturan shutter speednya adalah 1/(2 x frame rate). Frame rate yang biasa digunakan adalah 24 fps, 30fps, dan 60fps. Aturan ini dikenal juga dengan 180 degree rule.



Kamu bisa memilih frame rate ini dalam pengaturan perekaman di kamera kamu. Pada beberapa kamera DSLR terbaru, kita bisa merekam video Full HD hingga di frame rate 60fps.

Nah, misalnya kita memilih frame rate di 30 fps, maka shutter speed yang harus kita pakai adalah 1/60s. 

Jika kita memotret dalam kondisi terang benderang, shutter speed 1/60s ini akan membuat video terlalu terang, sehingga kita akhirnya terpaksa mengecilkan bukaan lensa ke nilai f yang besar.

Kita tahu bersama saat menggunakan nilai f besar, maka keseluruhan objek dalam frame akan tampak tajam (baca kembali artikel tentang aperture ini).

Hal ini mungkin bagus pada beberapa scene, tapi otomatis kita akan kehilangan efek bokeh atau shallow depth of field yang sering menjadi nilai jual utama dalam film atau video.

Agar bisa menggunakan nilai f yang kecil (bukaan besar) sepert f/2,8, maka kita perlu menambahkan filter ND agar cahaya yang masuk tidak terlampau banyak, dengan begitu efek bokeh tetap bisa kita dapatkan saat merekam video di kondisi terang (siang hari misalnya).

Filter ND dengan nilai 10 stop biasanya sudah memadai untuk melakukan perekaman di siang hari. Jangan lupa untuk menyesuaikan ukuran filter dengan diameter lensa kamu.

Jauh lebih baik jika kamu membeli ukuran filter besar yang populer semisal 77mm, nanti kemudian disesuaikan dengan ring step down filter.


7. Lampu Portable/LED

Jika filter ND berguna untuk perekaman video di siang hari, maka lampu LED portable ini akan berguna saat merekam video di malam hari atau di kondisi yang gelap/kurang cahaya (misalnya di dalam ruangan).

Menaikkan ISO dalam kondisi kurang cahaya memang akan sangat membantu, tapi ingat dampak utama dari nilai ISO yang besar adalah noise yang akan terasa.



Bintik-bintik yang memenuhi seantero layar video tentu akan menurunkan kualitas video yang kamu rekam dan berkesan tidak profesional.

Untuk mengakalinya, silakan siapkan lampu LED portable yang mudah dibawa kemana-mana. Tentu jika dalam ruangan dan tersedia tenaga listrik, kamu bisa menggantinya dengan lampu penerangan biasa.

Tapi jika merekam video di tepi jalan misalnya, mau tidak mau kamu akan memerlukan jenis lampu ini.


8. LCD Monitor

Rata-rata ukuran layar LCD kamera DSLR adalah 3-3,2 inchi.

Layar sekecil ini tentu akan membuat kamu kurang nyaman dalam mengambil video, detail-detail yang kecil mungkin akan terlewatkan dalam prosesnya.

Apalagi jika layar LCD yang dimiliki kameramu bersifat fixed atau tidak bisa dilipat.Hal ini akan semakin menambah ketidaknyamanan kamu sendiri.

Untuk mengatasinya, LCD monitor portable akan sangat membantu.

Saat ini sudah banyak tersedia LCD monitor dengan beragam ukuran yang langsung bisa disambungkan ke kamera DSLR.

Beberapa bahkan dilengkapi dengan braket adapter sehingga bisa diletakkan di port hot shoe kamera.

Jika kamu menggunakan rig yang lengkap, biasanya sudah tersedia mounting khusus untuk menempatkan LCD monitor terpisah.


Untuk Audio

Berikut beberapa peralatan tambahan untuk meningkatkan kualitas perekaman suara (audio) dalam video project kamu.


9. Microphone

Merekam video dengan mengandalkan built in mic di kamera kamu hanya akan menghasilkan audio yang kurang baik dan tidak profesional.

Jika kamu serius ingin menghasilkan karya video atau film dengan kualitas terbaik, jangan menyepelekan faktor suara atau audio ini.

Salah satu faktor penentu kualitas audio yang didapat adalah microphone.

Tahukah kamu beberapa mic pro itu harganya bahkan bisa berlipat kali ganda harga kamera DSLR? Hehe…



Tenang kamu tak perlu sampai membeli mic seharga kamera full frame. Silakan sesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Namun tetap saja namanya kualitas pasti berbanding lurus dengan harga.

Intinya kita tetap akan memerlukan external microphone ketimbang menggunakan mic built in.

Ada beberapa jenis mic yang sering digunakan dalam proses perekaman video. Diantaranya adalah shotgun mic, boom mic dan clip on.

Silakan disesuaikan dengan kondisi atau scene apa yang ingin direkam.


10. Audio Recorder

Loh kan sudah ada recorder di kamera?

Yup, sebagian besar kamera DSLR memang sudah menyediakan port untuk jack input (biasanya ukuran 1/4 inch), beberapa kamera bahkan menyediakan port output untuk headphone.

Meski begitu, kamu tetap disarankan untuk menggunakan portable audio recorder atau perekam suara terpisah.



Mengapa? Ada beberapa alasannya.

  • Recorder built in di kamera biasanya bersifat sebagai fitur atau tambahan saja, otomatis kualitasnya tak bisa dibandingkan dengan recorder device khusus.
  • Fitur yang ada umumnya terbatas, pada beberapa kamera bahkan kita tidak bisa mengatur settingan gain controlnya.
  • Input terbatas hanya untuk satu microphone, padahal terkadang kita juga memerlukan beberapa mic untuk hasil lebih baik.
  • Dengan menggunakan Audio Recorder Device terpisah kamu bisa mendapatkan beberapa keuntungan yang tidak diberikan built in recoder di kamera.


Selain itu dengan menggunakan peralatan terpisah, akan sangat memudahkan editor dalam post processing video kamu nanti, khususnya dalam pengeditan audio.

Beberapa sound recorder dengan harga terjangkau banyak tersedia di toko elektronika dan audio di Indonesia. Beberapa diantaranya pun bisa dibeli via online.

Salah satunya adalah Zoom H4N yang banyak disarankan oleh pecinta DSLR Filmmaker.


11. Headphone

Jika menggunakan recorder terpisah, sudah tentu lebih baik dilengkapi dengan headphone. Berhubung tak semua kamera menyediakan port audio output untuk headphone.

Fungsi utama dari alat ini tentu supaya kita bisa memonitor kualitas suara yang direkam, sehingga jika ada yang terasa kurang bisa langsung kita koreksi (direkam lagi).

Jangan sampai kekurangannya nanti diketahui saat post processing, untuk melakukan syuting ulang tentu hanya menambah biaya dan tenaga.


12. Clapper Board

Kamu yang sering menonton video behind the scene ataup proses syuting film pasti sering melihat benda ini. Papan dengan strip hitam putih ini memang sangat iconic dalam proses pembuatan film.

Fungsinya pun sangat penting,

Tanpa adanya clapper board, editor bisa dibuat pusing tujuh keliling saat akan mengedit foto dan video, apalagi yang jumlah scenenya cukup banyak.

Bunyi saat clapper board ini memang mirip dengan  tepukan tangan, dari situlah asal namanya.



Bunyi clap tadi akan membantu editor dalam proses sinkronisasi antara video dan audio saat post processing. Selain itu pada papan ini juga dicantumkan beberapa info penting terkait scene yang akan direkam.

Info-info itu antara lain: nama film yang diproduksi, no scene, tanggal syuting, kondisi perekaman (siang atau malam), serta beberapa info penting lainnya.

Bagi kamu yang mungkin produksi filmnya tidak terlalu banyak scene, clapper board ini mungkin masih bisa ditiadakan (padahal tidak susah loh membuatnya).

Namun jika kamu ingin mempermudah pekerjaan editor (apalagi jika kamu sendiri editornya hehe), plus ingin belajar recording video secara pro, mulailah menggunakan clapper board ini dalam setiap scene yang akan direkam.

***

Demikian beberapa peralatan tambahan yang disarankan untuk kamu yang ingin membuat film pendek atau dokumenter menggunakan DSLR.

Kalau tidak menggunakan DSLR bagaimana? Tentu saja peralatan di atas tetaplah diperlukan jika ingin hasil yang lebih berkualitas.

Kamu punya pengalaman dalam proses pembuatan film indie? Atau senang merekam video menggunakan DSLR? Yuk.. Share di kolom komentar.

Terima kasih sudah membaca.